Jumat, 12 Desember 2008

Mendirikan Sekolah Menulis

Media Indonesia, Minggu, 05 Oktober 2008




ANAK muda yang satu ini bisa dibilang merupakan contoh sukses di bidang penulisan di Kampus Universitas Satya Negara Indonesia (USNI). Fokus dalam hobi penulisan menjadikan Rachmat Nugraha salah seorang penulis terkemuka di Tanah Air.
Hobi itu sudah dia mulai sejak masih di bangku SMP, tetapi hanya untuk dinikmati sendiri.

Orang yang sulit mengucapkan 'R' ini sempat mengenyam pendidikan di Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP). Sekarang tengah melanjutkan kuliahnya di Jurusan Komunikasi USNI.

Mahasiswa yang biasa dipanggil Pak Rachmat ini, ternyata telah menyelesaikan novel pertamanya April 2005, Karena Cinta ku Lakukan Segalanya, diterbitkan Penerbit Saujana. Setelah itu, pada tahun yang sama, novel keduanya berjudul Untuk Mu Ayu, juga diterbitkan Penerbit yang sama pada bulan Juli. Saat ini ia telah menyelesaikan dua bukunya Cinta Jangan Pergi yang diterbitkan Penerbit Saujana dan I’m Sorry yang di terbitkan KPJ Publishing bekerja sama dengan USNI.

Rachmat sangat mencintai hobinya sehingga apa pun akan ia lakukan untuk menambah ilmunya tentang menulis. Dia pernah bergabung dengan tim penyusun buku Mega the President, Selaras Media, yaitu sebuah komunitas yang didirikan mahasiswa, wartawan, dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memajukan dunia baca dan tulis di Indonesia. Saat ini dia sedang menjalankan kegiatan barunya, talk show mengenai dunia penulis, cara menulis dan sebagainya ke berbagai sekolah yang bekerja sama dengan Aliansi Penulis Indonesia (API).

Pria ini memiliki cita-cita. Kepada tim rostrum ia bercerita bahwa dirinya ingin sekali punya sekolah penulisan, di mana ia bisa mengajak sebanyak mungkin anak-anak untuk belajar menulis di tempatnya secara gratis. Bahkan, dirinya telah membangun sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Penulis Jakarta (KPJ) guna menampung pelajar yang berminat mengembangkan bakat dan kemampuannya dalam bidang tulis-menulis.

Hanya saja, pengembangan komunitasnya mengalami kendala disebabkan ketiadaan dana dan fasilitas. Namun, pemuda bertubuh kecil ini tidak putus asa. Dia tidak henti-hentinya berusaha agar komunitas yang dibentuknya sejak 6 April 2007 itu tetap eksis dan bisa menghasilkan karya terbaik yang dapat diterima masyarakat. "Apa pun bisa tercapai selama kita mau berusaha dan tidak berhenti berdoa kepada Yang Maha Kuasa," katanya. (M-3)

Tidak ada komentar: