Rabu, 03 Oktober 2007

Sebercak Noda Di Bulan Suci

Sungguh memalukan! itulah kata yang terucap pertama kali ketika melihat puluhan pelajar dari dua SMA di Jakarta terlibat tawuran.
Pertama, mereka yang katanya generasi penerus bangsa telah membuktikan bahwa adu otot lebih efektif dalam menyelesaikan sebuah masalah ketimbang adu otak. Kedua, dengan bangganya mereka mengotori bulan yang suci ini yang seharusnya penuh kedamaian. Ketiga, mereka berasala dari dua sekolah unggulan di Jakarta yang seharusnya bisa menjadi contoh baik baik bagi sekolah-sekolah lain.
Menjijikan melihat adu kekuatan yang terjadi di sekitar bulungan tanggal 2 oktober lalu. dan yang mengherankan, mereka tawuran justru di jaman yang sebenarnya bisa dikatakan sudah jarang sekali ditemukan tawuran antar pelajar.
Saya hanya berdoa, semoga orang tua mereka menyesal karena telah memberikan mereka kemudahan dengan materi yang berlebihan. Menyesal karena telah terlalu percaya kepada mereka sehingga lupa untuk mengontrol mereka. Amin

BANGKITLAH SASTRAWAN MUDA!!

Nama seperti Seno Gumira Aji Darma, Remy Sylado, Maman S. Mahayono, Djenar Maesa Ayu, Hudan Hidayat, dan Ayu Utami, tentulah bukan nama yang asing lagi di telinga kita, para penggemar dunia sastra. Mereka telah teruji dengan karya – karyanya yang telah dikenal dan dipamerkan di estalase – estalase toko buku. Bukan suatu hal yang aneh jikalau masyarakat penggemar sastra lebih mengenal nama – nama tersebut dengan karya – karyanya yang menggebrak pasar dibanding para penulis baru. Memang suatu hal yang ironis bila kita bicara mengenai harapan akan tumbuhnya penulis baru, sedangkan celah menuju media massa agak tertutup sehingga karya – karya baru tidak dapat dipublikasikan.
Peringatan Sumpah Pemuda kali ini sebenarnya sama seperti beberapa peringatan sebelumnya, disertai dengan harapan serta keinginan tumbuhnya generasi muda yang punya berbagai talenta dan kreativitas. Sama seperti di dalam dunia sastra, harapan adanya karya baru dari penulis junior tentu sangat dinanti oleh para kalangan penulis senior. Bukan karena sedikitnya para penulis muda dengan karya – karya mereka, tetapi memang tidak banyaknya kesempatan atau pintu yang terbuka untuk memberikan ruang publikasi kreasi mereka.
Api anak muda dalam menghasilkan karya – karya sastra tidak boleh dipadamkan begitu saja, dengan media massa yang tidak mempersilahkan para penulis muda mengirimkan puisi, cerpen, atau esai. Saya, sebagai penggemar sastra sangat merindukan bagaimana media massa dengan tangan terbukanya memberikan ruang yang luas bagi karya – karya sastra.
Pesan penyemangat untuk para penulis muda ke depannya, jangan biarkan kreativitas terhenti begitu saja... hasilkan terus puisi, cerpen atau esai yang berani dan semangat. Atau kita akan mati tanpa meninggalkan kesan dan karya yang tidak terlupakan.